
Bandung, suara9.com – Kongres XXII GMNI di Bandung, yang seharusnya menjadi ruang konsolidasi ideologis dan regenerasi kader, justru tercemar oleh kepentingan politik praktis, intimidasi, dan premanisme yang mengkhianati nilai-nilai perjuangan Bung Karno.
Sejak awal, dinamika kongres dipenuhi manuver kekuasaan yang sarat intervensi eksternal. Bukan lagi ruang dialog antar kader, kongres berubah menjadi ajang perebutan jabatan dengan mengabaikan semangat musyawarah. Yang lebih memalukan, terjadi pengerahan massa non-kader dan praktik intimidasi terhadap peserta kongres, merusak marwah organisasi.
Salah satu kader bernama Nathan menyatakan, “Kami sangat kecewa karena ada pihak yang mencoba memaksakan kehendak pribadi dengan menjalankan sidang ilegal, padahal yang bersangkutan pun bukan kader aktif karena dinyatakan drop out, juga mengabaikan aturan organisasi dan semangat demokrasi. Ini bukan GMNI yang kami kenal.”
“Kami, kader-kader GMNI yang masih menjunjung tinggi Marhaenisme, menolak keras arah penyimpangan ini. GMNI bukan alat kekuasaan. GMNI adalah rumah perjuangan, bukan panggung politik transaksional.” tambahnya
Nathan berharap evaluasi total terhadap pelaksanaan kongres ini dan menyerukan kepada seluruh kader untuk bersatu membersihkan organisasi dari infiltrasi dan kekerasan. Mari kembalikan GMNI ke jalan ideologis dan moral perjuangan rakyat.
MERDEKA!
GMNI JAYA!
MARHAEN MENANG!
Dapatkan Promo dan Diskon dari Portal suara9.com melalui kontak yang tersedia